Langit yang tadinya berawan tiba-tiba berubah menjadi begitu mendung. Udara yang biasa-biasa saja berubah menjadi dingin. Beberapa menit kemudian kulihat burung-burung walet yang terbang begitu rendah membentuk sebuah lingkaran. Aku melihatnya begitu lama, bahkan mataku tak beranjak sedetikpun. ”Sepertinya tidak lama lagi akan turun hujan yang selanjutnya akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan yang pastinya guru tidak akan masuk pada jam pertama”begitulah dugaanku sehingga membuatku tersenyum sendiri.
“Eh Riko!!!”Sapa Dinda, sambil menupuk tanganya dibahuku”kenapa senyum-senyum sendiri Ko?”tanya Dinda mengagetkan aku, memang dia sedikit kasar. Lalu kubalikkan badanku sambil kutunjukkan tangan ke atas langit”Lagi ngelihat cuaca Din, yang tiba-tiba berubah”ujar ku kesal "”Ngagetin aja Din”cetusku.
“Ah yang benar, pasti berharap sesuatu juga kan, kalau ngak mana mungkin senyum-senyum sendiri?”tanya Dinda seolah-olah tau apa yang aku pikirkan.
“Ada-ada aja Din, emang pagi-pagi kalau senyum-senyum berharap sesuatu Din, kan bisa juga lagi ngigat-ngingat kejadian lucu?”jawabku membohongi Dinda.
“Ah mana mungkin aku tau benar sifatmu Ko, pasti kamu berharap supaya guru ngak hadir terus ngak jadi belajar deh, benarkan?”jawab Dinda tersenyum.
“Ya tentu, aku beri nilai 100 buat kamu Din” jawabku membetulkan perkataan Dinda.
”Tet…Tet…Tet…” hanya beberapa saat kami berbicaral tiba-tiba suara bel sudah berbunyi. Padahal dari tadi aku berharap supaya tidak ada yang akan membunyikan suara bel. Tanpa basa-basi lagi kami berdua langsung menuju kelas. Setelah sampai didalam kelas kami berdua langsung menuju tempat duduk masing-masing. Aku dan Dinda di dalam kelas tidak sebangku karena kami bukan muhrim. Didalam kelas, kami di atur dengan jarak yang berjauhan dengan wanita, dia duduk berselang dua meja di sampingku dan aku tepat berada di meja nomor dua dari depan. Tentunya saja kami dekat dan saling perhatian, baik ketika ada tugas atau tidak. Didalam kelas juga sering terjadi perdebatan, namun Dinda akan selalu bersiap untuk membelaku kadang juga ia menegurku jika aku yang salah.
“Udah remedial Fisika kamu Riko”tanya Dinda.
“Belum Din,”jawabku tersenyum.”Dinda bagaimana?”
“Sudahlah”jawabnya tersenyum.”Kamu jangan remedial ya, siap-siap aja!”ucapnya membuatku tertawa.
Sebenarnya semenjak aku duduk dibangku kelas satu, ketika ada ulangan pelajaran Matematika, Agama, Bahasa, Kimia, Biologi, Ekonomi dan PPKN aku selalu mendapatkan nilai yang sangat baik kecuali pelajaran Fisika, namun aku bersyukur mempunyai guru-guru dan teman-teman yang baik. Aku berdoa kepada Allah ” Ya Allah sesungguhnya engkaulah yang Maha Menghendaki, Ya Allah berikanlah aku jalan yang terbaik karena hanya engakulah Yang Maha Mengetahui”. Selalu ku berdoa dan berusaha sehingga ketika naik kelas 2 semua doa-doaku di kabulkan oleh Allah, nilai-nilai ulanganku sudah jauh berbeda tentunya ini semua karena kehendak Allah. Aku menjadi semangat setelah bertemu dengan Dinda dan Tina, Allah mengtadirkan mereka menjadi sahabatku sekaligus guru bagiku. Kami selalu belajar bersama sehingga nilai-nilai pelajaran dan ulanganku menjadi bagus. Namun ketika pelajaran Fisika, nilai ku tetap sama seperti dulu. Namun Dinda dan Tina tetap saja menyemangatiku, mereka sangat peduli dan perhatian kepadaku. Padahal soal yang diberikan tidaklah sulit namun aku terlalu malas untuk mempelajarinya.
“Din,Tina ngak sekolah”tanyaku penasaran.
“Entah Riko,Tina ngak ngabarin”jawab Dinda.
“Tumben Tina ngak sekolahkan?”
“Mungkin di daerahnya hujan Riko”ucap Dinda meyakinkanku.
“Tapi ngak mungkin Tina ngak sekolah gara-gara hujan Din, kan kita tau benar Tina gimana Din”sahutku curiga.
“Ia juga ya,kenapa Tina ngak sekolah hari ini ya?, jangan-jangan Tina sakit Riko”jawab Dinda dengan nada khawatir.
Tiba-tiba entah kenapa Tina tidak sekolah hari ini, biasanya dia tidak pernah absen. Ia juga sahabatku yang sangat baik. Dia sangat jujur dalam segala perbuatan dan perkataannya. Ia juga selalu membuat setiap harinya bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Ia pernah mengatakan kepadaku “sedih atau senang itulah yang membuat hidup menjadi bermakna, inilah kehidupan. Allah akan selalu menguji hambanya” pesan inilah yang selalu ku ingat darinya. Sesekali kami melirik kearah pintu, berharap Tina akan segera hadir. Begitu lama kami menunggu-nunggu kehadirannya, tapi Tina tak kunjung-kunjung datang juga. Jam di dinding sudah berada pada angka sembilan, namun Tina tidak terlihat sama sekali. Kemudian aku melihat Dinda yang mulai tertidur lelap di mejanya mungkin Dinda dari tadi sudah lelah menunggu Tina teman sebangkunya. Hujan yang begitu deras membuat suasana menjadi begitu dingin, kutunggu dan terus kutunggu kedatangan Tina dengan sedikit khawati. Setelah lama aku menunggu Tina, akhirnya terlihat sosok seorang menuju kedalam kelas, kulihat dia dari jendela. Terlihat jelas dia menggunakan mukenah berwarna putih tak seperti anak sekolah pada umumnya. Tak ku perdulikan Dinda yang sedang tidur, langsung saja aku keluar dari kelas dan berdiri di depan pintu. Kuperhatikan siapakah orang yang menggunakan mukenah berwarna putih tersebut dan mengapa dia menuju ke kelas ku. Ternyata orang yang menggunakan mukenah putih tersebut adalah Tina. Dia berdiri tepat di depan ku”Tina, kenapa kamu menggunakan mukenah ke sekolah?”tanyaku padanya.
“Riko, aku datang kesini mau pamitan sama kamu dan Dinda” jawabnya dengan wajah yang begitu pucat.
“Mau pamitan?mau kemana kamu Tina?”tanyaku curiga.
“Aku harus pulang Riko, aku sudah tidak bisa sekolah lagi Riko. Semoga kalian sukses Riko, tetap jujur dan terus tawakal, salam buat Dinda ya? Bilang aku disini Bahagia. Kamu jaga Dinda ya. Dia gadis yang begitu baik Ko. Semoga jadi jodoh mu Riko.” Jawab Tina ngawur tapi dia terliahat bahagia.
“Insya Allah aku akan menjaganya Tina. Tapi kamu kenapa mengatakan seperti ini?”aku merasakan perasaan yang tidak enak.
Tina tak menjawab pertayaanku, dia hanya tersenyum kepadaku. Lalu dia pergi dan melambai-lampaikan tangannya. Ketika aku mau mengejarnya tapi tidak bisa. Kucoba-coba tapi tetap saja tidak bisa, kemudian entah kenapa tiba-tiba aku merasakan gempa yang dasyat dan membuat ku terayun-ayun dan tebanting.
“Ko bangun???bangun Ko?? bangun Ko?”terdengar suara yang begitu panik membangunkan ku. Ternyata sedari tadi aku bermimpi. Kubuka mataku perlahan-lahan dan kulihat mereka semua membangunkanku kecuali Dinda, dia tak terlihat disana. Guru-guruku menatap ku dengan wajah yang begitu sedih. Kemudian aku teringat mimpiku yang barusan, tak tau kenapa perasaanku panik secara tiba-tiba.
“Ibu ada apa ini, kenapa kalian terlihat sedih?Dinda dimana”tanyaku gagap dengan perasaan cemas.
“Dinda tadi pingsan Riko, sekarang dia ada di UKS”jawab ibu guruku dengan nada sedih.
“Hahhhh, kenapa Dinda bisa pingsan bu?” tanyaku terkejut dan aku teringat dengan mimpiku. Hatiku bertanya-tanya apakah barusan Tina beneran pamitan atau hanya mimpi”Ibu kenapa bu”mereka semua menatap kepadaku seolah-olah mereka menyembunyikan sesuatu, aku semakin panik.
“Kami akan memberitahu mu, tapi kamu jangan pingsan dan menangis ya?kamu harus kuat menerima ini”jawab guru wali kelasku. Aku semakin panik dan resah karena takut dengan mimpiku yang barusan.
“Iya bu, sebenarnya ada apa bu?” jawabku menenangkan diri.
“Sebenarnya temanmu yang bernama Tina”tiba-tiba jawaban guruku terhenti, kulihat mata beliau berkaca-kaca sesekali menahan tangis sehingga membuat air mataku jatuh juga. Aku mulai sadar bahwa mimpiku mungkin benar. Kemudian beliau melanjutkan kembali”Tina telah meninggal dunia Riko”beliau langsung menangis, tanpa sadar air mataku jatuh juga”Innalilahi wa innailaihirajiun”sahutku dalam hati dengan perasaan yang sangat sedih. Sebenarnya aku belum bisa mengiklaskan atas kepergian Tina yang begitu cepat karena usianya yang masih muda tapi itu semua sudah takdir tuhan terhadapnya. Segera ku berlari menemui Dinda yang berada di UKS yang sedang tidak sadarkan diri. Dalam keadaan sedih aku teringat pesan Tina kepadaku untuk menjaga Dinda selalu. Tak lama kemudian kulihat Dinda sudah sadar, dia menangis dan sangat sedih. Ku dekati Dinda dan mengingatkannya bahwa kita semua akan kembali kepadanya, dia kembali menangis.”Dinda sangat sanyang dengan Tina, Ko.Tina selalu menjaga ku, dia juga menyayangiku seperti adiknya, aku rindu dia Ko”Dinda semakin sedih dan akupun sudah mengetahui kenapa Tina menitip pesan untuk menjaga Dinda. Dinda adalah seorang anak Yatim yang hanya tinggal bersama ibunya. Semakin kurasakan gimana sedihnya Dinda dan seperti apa sayangnya Tina terhadap Dinda. “Din sabar Din, aku yakin Tina juga sangat menyayangimu dan dia akan merasa sedih jika kamu disini menangis, lebih baik kita berdoa terhadapnya” akhirnya Dinda mau mendengar nasehatku dan dia mulai menenangkan dirinya.
Beberapa saat setelah Dinda sadar guru-guru menemui kami. Mengajak kami sekelas untuk berangkat kerumah Tina. Setelah sampai di rumah Tina mataku kembali berkaca-kaca, kulihat Tina terbaring terbalut dengan kain berwarna putih. Kulihat keluarga Tina sedang membaca surah Yasin untuknya sesekali air mata ibu dan ayahnya berlinang-linang. Dinda juga kembali mengeluarkan air matanya.