Tak seperti malam biasanya.Tidak terdengar satupun suara-suara teriakan, tawa dari warung-warung di sekitar rumahku, bahkan tidak ada seorangpun yang meronda.”Sepertinya di luar sana begitu sunyi?”begitulah timbul pemikiran di dalam hati.
Akhirnya aku telah selesai mengerjakan tugas sekolahku tepatnya sekitar pukul 20:50 WIB.Cling,cling,cling ”Nak, kami malam ini ibu ngak bisa pulang ya. Kami menginap di rumah nenek ya”itulah SMS dari ibu dan ayah, seperti biasanya saat lembur kerja mereka tidak bisa pulang ke rumah kadang dalam sepekan hanya empat hari atau dua hari saja mereka pulang kerumah itupun hanya dihari libur sabtu dan minggu .Akupun sudah terbiasa tidur di rumah sendirian sejak umur 13 tahun.
Namaku Muhammad Maulana, aku hanya sendiri tanpa saudara kandung tepatnya anak tunggal. Ayah dan ibuku bekerja sebagai karyawan kantor, mereka adalah pahlawan di kehidupanku. Mereka sangat romantis. Mereka sudah pacaran sejak SMA. Aku tidak pernah lupa dengan cerita nenekku tentang ayah dan ibu.
“Nek, bagaimana kisah ayah dan ibu sampai bertemu nek?” tanyaku ceplas-ceplos penasaran.
“Emang adek penasaran?” jawab nenekku tersenyum.
“Iya nek, ayah dan ibu begitu romantis?”sahutku.
“Dulu ayah dan ibumu bertemu di sekolah SMA kota Lhokseumawe. Ketika itu ayahmu suka sama ibumu sejak kelas 1, ayahmu melakukan pendekatan selama dua tahun dengan ibumu. Ketika kelas 3 ayah dan ibumu baru pacaran. Ayah dan ibumu saling suka sehingga mereka memutuskan untuk menikah”cerita nenek sambil tersenyum.
“Nek, emang ayah dan ibu kapan menikahnya nek?”tanyaku sambil tersenyum.
“Ibu dan ayahmu menikah muda setelah selesai kuliah semester II”sambil tersenyum” ayah dan ibumu mendapat beasiswa pendidikan dari salah satu perusahaan, sebab itu ayahmu langsung mempersuting ibumu dengan mahar 20 k. Ayah dan ibumu sudah sangat bahagia ketika kuliah”jawab nenekku.
“Oooo, jika begitu aku juga pengen nikah muda juga nek?”sahutku sambil tertawa.
“Emang adek sudah punya pacar”tanya nenekku sambil tersenyum ketika itu.
“Belum sih nek, kan masih kecil”sahutku sambil tertawa.
Begitulah cerita nenekku ketika ayah dan ibu dari pacaran sampai mereka menikah. Sehingga sampai sekarang jika aku mengingat cerita itu selalu tersenyum sendiri. Dengan mengingat cerita itu dengan kesetiaan ayah dan ibu aku tidak pernah takut tidur sendirian di rumah. Tapi, tak seperti biasanya malam ini begitu sunyi. Sehingga membuatku tidur lebih awal dari biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul 23:17 WIB dan aku segera beranjak tidur.
Di tengah malam aku terbangun dengan perasaan ketakutan. Gara-gara mimpi buruk yang begitu meresahkan. Jantungku bedegup kencang dibuatnya, aku sangat cemas ketika terbangun.“Astagfirullah hal’azim”ucapku agak ketakutan. Aku bermimpi bahwa ayahku dikejar dan dibunuh oleh sosok orang yang begitu menakutkan dihadapanku, tepatnya di depan rumah. Ketika itu aku dan ibu menangis histeris sehingga membuatku terbangun dari mimpiku karenai tulah membuat hatiku begitu cemas. Segeraku telpon ibu kira-kira sekitar pukul 02:00 WIB karena aku takut ada hal-hal aneh yang terjadi dengan ayah.
Tut,tut,tut,tut”Assalamu’alaikum. Ibu, aku mimpi buruk bu, apa ada kejadian aneh di sana bu?”tanyaku dengan cemas
“Wa’alaikum salam. Tidak ada nak, emang kamu mimpi apa?”tanya ibuku penasaran.
“Aku bermimpi ayah di bunuh oleh sekelompok orang bu”jawabku ketakutan.
“Astagfirullah hal’azim. Nak kamu berdo’a supaya ayahmu semoga baik-baik saja ya”jawab ibuku.”Kamu jangan takut ya?itu hanya mimpi, yaudah tidur kembali nak ya?jangan takut.”pinta ibuku.
“Iya bu.”jawabku. Tapi jujur saja batinku masih mengalami kecemasan yang luar biasa.
Kembali aku memejamkan mata, hati terasa tidak tenang bahkan aku sudah mulai susah untuk tidur. Kemudian aku bangun dari tempat tidur dengan ketakutan dan aku ingin mengambil air wudhuk supaya hati kembali tenang. Begitu aku sampai di kamar mandi untuk mengambil air whuduk. Terdengarlah suara plukkk”sepertinya ada suara pintu terbuka”batinku berkata. Langsung aku bergerak keruangan tersebut dengan pelan-pelan. Tak lama kemudian kulihat sosok orang masuk kedalam rumahku. Aku melihat gerak-geriknya dengan ketakutan. Kulihat dia masuk ke kamar ibu dan ayah.
“Maling,maling,maling” teriakku begitu keras.
Seharusnya aku yang harus lari keluar karena ketakutan. Tapi tidak, dialah yang kulihat lari begitu cepat ke luar, kelihatannya dia sangat ketakutan. Kunyalakan lampu dan kulihat tidak ada satupun barang yang hilang. Malam yang begitu sunyi tiba-tiba berubah menjadi gempar. Tetangga-tetangga sekitar terbangun dan berusaha mengejar. Tapi sayang maling tersebut behasil lolos.
“Maulana ayah dan ibumu tidak ada dirumah”tanya tetanggaku.
“Tidak pak, ayah dan ibu menginap di rumah nenek karena lembur”jawabku ketakutan.
“Jadi gimana kamu sekarang, mau tidur di rumah bapak?”tanyanya.
“Ngak apa-apa aku tidur di rumah aja pak?supaya lebih aman, makasih pak ya?”jawabku.
“Ya, tapi tetap hati-hati Maulana, jika maling tersebut kembali lagi teriak saja oke? kami kembali ke rumah masing-masing ya”ucap mereka sambil pa mitan pulang.
“Oke, sekali lagi semuanya makasih ya”jawabku sambil tersenyum.
Akupun masuk kedalam dan mengambil whudhuk untuk salat tahajut. Setelah salat tahajut aku langsung menelpon ibuku.
Tutt,tutt,tutt,tutt.”Asslamu’alaikum, ada apa nak?kenapa belum tidur?”tanya ibuku dengan nada cemas.
“Wa,alaikum salam. Tadi ada maling masuk kerumah bu”jawabku.
“Hah, kamu ngak papa kan nak?”tanya ibuku mulai panik.
“Tidak bu, aku pikir itulah arti mimpiku tadi bu”jawabku.
“Mungkin saja nak, kamu ngak papa kan”tanya ibuku sekali lagi.
“Ngak kok bu”jawabku.
“Yaudah kamu tidur lagi ya. Besok ibu akan pulang lebih awal”kata ibuku.
“Oke bu”jawabku.
Kemudian ake tertidur selama dua jam dan terbangun ketika subuh tiba. Setelah aku salat subuh dan mengaji kira-kira sekitar 30 menit, akhirnya terdengar lah suara mobil di luar“itu pasti ayah dan ibu”ucapku. Segeraku bukakan pintu dan menghampiri mereka.
“Ayah semalam aku bermimpi buruk dan ada maling di rumah kita”kataku kepada ayah.
“Iya ibumu sudah menceritakan, kamu ngak apa-apakan?”tanya ayahku.
“Ngak kok yah, aku cuma cemas”jawabku.
“Iya maafin ayah dan ibu ya?”pinta ayahku sambil memelukku.
“Ngak apa apa yah?”jawabku dengan senang.
Sejak kejadian itu aku sudah mulai percaya dengan mimpi, karena mimpi ada yang nyata ada yang tidak. Setelah kejadian itu aku juga sering baca tafsir-tafsir mimpi dan ketika hendak beranjak tidur aku juga tidak lupa berdo’a supaya aku terlindungi dan tidak bermimpi buruk. Sejak saat itu ayah dan ibu juga sudah mulai jarang lembur kerja bahkan jika mereka lembur ayah menyuruh tetangga untuk menjaga rumah, karena aku tidak mau tinggal sendiri lagi di rumah.
0 komentar: