Perjalanan ke air terjun rayap yang sedang disukai banyak pengunjung khususnya penduduk lokak Lhokseumawe.
"Seasik apa berenang di air terjun Rayap? bagaimana kedalaman air terjun di Rayap ? " Faktor-faktor pemikiran seperti inilah yang timbul dibenak kita. Sehingga tempat ini tidak kosong dari wisatawan. Ada yang berlibur bersama keluarga, sahabat, teman kantoran, teman sekolah, sahabat seperjuangan semuanya berkumpul ditempat wisata yang satu ini. Baik itu hanya sekedar foto-foto atau makan bersama, bahkan kadang ada diantara mereka untuk menghilangkan kerugiannya rela menyentuh airnya saja, namun tentu kebanyakan pengunjung akan merasakan rugi sekali jika tidak berenang sama sekali dimana tujuan utama pengunjung ke tempat ini adalah berenang. Rata-rata pengunjung bergabung antara anak-anak dan dewasa ketika berenang, umur perenang 12 sampai 25 tahun. Ibu-ibu dan bapak-bapak biasanya makan dan mengontrol anak-anaknya yang sedang berenang, sampil melepaskan lelah mereka ketika bekerja. Ada juga yang ikut berenang demi membahgiakan sibuah hatinya.
Huff.... Untuk menghapus rasa penasaran yang timbul dari benak
penulis, akhirnya penulis ikut mengunjungi juga wisata yang satu ini. Namun perjalanan ini tidak penulis menyangka sama sekali, secara tiba-tiba pagi itu ketika
hendak berenang ke Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe seperti hari-hari libur kuliah biasanya. Pada pagi itu kami bercakap-cakap sambil melaju dengan kecepatan 20 km/detik terbisitlah didalam benak penulis pada saat sedang berbincang-bincang untuk berenang ke wisata air terjun Rayap Tanpa banyak berpikir langsunglah disetujui oleh teman penulis. Langsung saja kami memutarkan balik arah menuju jalan Elak ke Desa Sidomulyo, Nisam Antara, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara. Namun sayangnya ditengah perjalanan sayangnya kami melihat ada pabrik sawit yang beroperasi pada saat itu jam tepatnya berada pada pukul 7.30 namun asap sangat tebal dan berbau busuk tercium sangat jelas sekali, juga tempat pabrik tersebut beroperasi tidaklah jauh berada dengan kampung atau perdesaan tempat tinggal dan pencarian penduduk, tentulah kondisi ini
sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk setempat dikarenakan bau yang sangat busuk dan juga polisi asap yang hitam tebal sekali, ini tidak sama sekali mendukung penduduk ketika mencari nafkah. Bau asap
tersebut sangat lah asam lalu penulis bersepakat untuk memperhatikan polusi ini selama 2 hari
saja, namun kami sudah dapat menyimpulkan dimana Pt.sawit tersebut sangatlah mengganggu
penduduk akan pencemaran asapnya. Lokasi di daerah tersebut
ada yang namanya penduduk mencari nafkah terlihat beberapa toko, pertanian sawah, tempat tinggal. Ini
tentu menimbulkan pertanyaan dari penulis, yaitu bagaimana mereka bisa
berdampingan selama ini? bau busuk yang terdapat zat asam CO2 yang dikeluarkan dapat
menyebabkan penyakit paru paru jika dihirup terus memerus, atau lain-lainnya. Apakah pabrik tersebut tidak memperbaharui
mesin pabrik nya yang lebih ramah lingkungan? Pertanyaan-pertanyaan ini terpikirkan oleh penulis selama perjalanan menuju wisata Air terjun rayap.
Setelah sampai dilokasi object wisata Rayap, kita akan tertajub-tajub. Perasaan kita akan sudah sangat berbeda dan lebih nyaman rasanya, dimana jika memilih jalan
ke arah kanan paling ujung kita akan turun ke Air Terjun Blang Kolam, jika memilih ke arah jalan kita akan turun ke Air Terjun Rayap. Juga di lokasi tersebut sudah terbangun satu Musolla untuk melaksanakan ibadah salat, baik salat sunnah atau wajib. Sehingga ini berefek baik bagi pengunjung yang perjalanan jauh dari kampung halamannya(musafir). Jadi menurut penulis, setiap pengunjung bisa memilih dengan
bebas dan bisa salat dengan tepat waktunya. (Pembaca, kita pada kali ini akan menceritakan bagaimana rasanya turun ke Rayap terlebih
dahulu.)
"Dikarenakan suasana yang masih pagi jadi adem dan nyaman jika
kita makan dan berenang di rayap saja terlebih dahuulu " kata penulis pada saat turun tangga sambil memandang ke arah suara air yang berderum-derum 😂. Teman penulis saat itu asyik memandang ke arah air terjun dan berjalan sangat cepat sekali, seakan-akan ia ingin lari mengahmpiri air terjun. Penulis tertawa bahagia saat itu. Waah perasaannya Masya Allah, seakan-akan ingin terbang 😁. Namun tidak menutup kemungkinan pembaca juga akan tersenyum-senyum sendiri jika berada dilokasi saat itu. kita berada diatas bukit sambil melihat ke bawah sana dengan air yang sangat segar pada pagi itu," Masya Allah " ucapku dalam hati😊.
Oh iya, untuk sekarang ini dikarenakan sudah terdapat 2 lokasi wisata maka harga
parkir roda dua pada tahun 2020 ini dijual lebih mahal dari tahun sebelumnya dengan harga sepuluh
ribu rupiah, memang tidak lah murah akan tetapi harga parkir teman-teman akan
terbayar dengan kenyamanan pemandangan yang indah sekali, ini belum sensasi berenangnya yang airnya segar dan adem menyejukkan air pengunungan asli😊. Bahkan teman-teman bisa jadi tak ingin pulang dan berlama-lama setelah turun kebawah yang mana untuk berenang atau hanya sekedar duduk, berfoto-foto dilokasi😂.
Setelah kami turuni bukit yang sudah diberi jalan, kita akan segera berada langsung didekat air-air yang begitu bergeruh terdengar ditelinga, terlihat indah dimata mengalir begitu lembut dan deras kebawah sana😁. Berada tepat didepan air terjun rayap setelah menuruni bukit yang belum dibuatkan tangga rasanya lelah terbayarkan, penulis membentangkan tangan sambil menghirup nafas panjang dan bersuara keras "haaaaahhh" senang sekali rasanya 😅 . Kita sudah dapat mendengarkan
suara air yang bergemeruh merdu jatuh berjatuhan mengenai batu-batu
besar yang nan-indah dipandang didepan mata penulis langsung saat itu "Alhamdulillah" masih diberikan nikmat melihat alam raya yang indah Allah ciptakan. Mata penulis sampai termenga dan mulut terucap kagum "Masya Allah". Tak penulis sangka ditemukan lokasi yang baik untuk perenang di atas aliran air Blang Kolam ini.
Tidak lama dengan menikmati pemandangan, tepat dibawah pohon kami membuka nasi bungkusan dan Alhamdulillah isinya adalah ikan bandeng yang sangat sedap di santap pagi itu. Beberapa menit setelah makan pagi, rasa lapar pun hilang. Tidak menunggu lama, kami langsung bersiap-siap untuk mandi. Tepat pada pagi ahad itu pengunjung belum ramai hanya terdapat satu, dua keluarga saja saat itu. Mereka yang beranggotakan 4 orang perkeluarga juga sudah berenang terlebih dahulu dari pada kami. Disaat itulah kami mencoba berbincang-bincang dengan mereka. Lalu dengan setiap pengunjung yang hadir baik itu anak-anak atau dengan yang sebaya dengan kami yang berganti-ganti namun kami entah kenapa dibosan-bosannya berada didalam air. Pada saat berenang sangatlah seru dimana kami bisa bermain lomba dari batu ke batu dengan jarak yang lumayan untuk mengayun kaki dan tangan. kedalaman air pada tempat kami berenang setinggi 1,5 meter. Ya pagi itu cukup disitu tepat bermain kami, walaupun ada anak kecil yang mengajak kami turun kebawah untuk berenang di kedalaman 8 meter kami harus menolaknya karena kami belum terlalu mahir untuk berenang😂.
Setelah berenang dengan durasi yang sangat lama, kami akhirnya merasa cukup untuk melakukan olahraga renang dipagi itu. Ini dimana pada saat matahari sudah siap tegak menyinari bumi, penulis tidak merasa bahwa dimana matahari sudah menunjukkan bahwa sebentar lagi jam akan berada tepat pukul 11. Lalu kami keluar dari air, berpamitan dan bersiap-siap diri kami untuk kembali kerumah. Ya akhirnya kami sudah selesai dan meminta berpamit terlebih dahulu dengan teman-teman kenalan baru kami, adek-adek yang belum menyelesaikan aktivitas berenangnya. Mereka mengatakan "Yahh, kok cepat sekali pulangnya", sambil melemparkan sebuah senyuman kesenangannya. Tentu kami berterima kasih kepada mereka ditengah pandemi mereka tetap semangat beraktivitas dan melanjutkan kesenangannya😅. Lalu kami tanpa banyak menyedihkan waktu bermain mereka langsung saja kami berjalan kembali untuk menaiki bukit menuju tempat parkiran pulang kami tanpa mengganti baju yang sudah basah kami melewati ibu-ibu, bapak-bapak yang sedang berjualan. bahkan ada yang berteriak "dek piyoh dek, piyoh dek" artinya "Dek istirahat disini dek, istirahat disini dek" sambil menawarkan dagangan mereka. Namun karena tim sudah membawa bekal dari rumah dan sudah makan tadi kami tersenyum saja sambil mengangguk kepala mengatakan "jeud kak, Insya Allah pekan ukeu kamoe jak lom" artinya "baik kak, Insya Allah pekan depan kami datang kembali" dengan terus berlanjut jalan melewati satu persatu pedagang yang sedang menawarkan dagangan mereka dengan percakapan yang sama.Yang sangat teringat dipikiran penulis adalah ketika kami ditawarkan untuk mengganti baju terlebih dahulu sebelum pulang "Dek, gantoe baje dek, na kama manoe" artinya "Adik, ganti bujunya dek, ada kamar mandi" tawaran seorang ibu sambil menunjukkan bilik yang telah disediakan dengan harga Rp.2000 rupiah bagi setiap orang yang menggunakan kamar mandi tersebut. Lalu penulis angkat tangan sambil mengatakan "Maaf buk, hana kamoe me baju gantoe" artinya "maaf ibu kami tidak bawa baju ganti"dengan mimik wajah penulis saat itu tersenyum lebar dengan tangan diangkat keduannya, lalu mimik wajah ibuk tersebut terlihat bengong dan terdiam beberapa detik sambil tersenyum melihat tangan penulis bentangkan seperti ingin terbang terbuka lebar 😅. Ya saat itu kami basah dan tidak ada baju ganti sama sekali.