Alhamdulillah kami lahir didesa yang Allah berikan anugerah berupa padi yang melimpah luah nan jauh sekecamatan kami dengan nama yang sama dengan tempat nya yaitu Blang Mangat yang artinya Sawah Enak atau padi sedap. Maka pada kesempatan kali ini izin kan penulis menceritakan tentang pro kontra Wisata Sawah yang baru di bangun di daerah tempat tinggal penulis.
Pada awalnya banyak masyarakat Blang Mangat dan sekota lhokseumawe dikejutkan dengan pembangunan wisata sawah di Meunsah Mane yang melewati 3 desa dibelakang nya yaitu " Meunasah Blang, Meunasah Rayeuk Kareung, Meunasah Asan Kareung " ke tiga desa ini juga memiliki hamparan sawah yang begitu besar diseluruh wilayahnya dengan pemandangan yang hijau dapat menyejukkan mata siapa saja yang melihatnya.
Sebenarnya, pembangunan wisata ini tentulah sangat baik, baik itu bagi pertumbuhan ekonomi warga sekitar atau sekecamatan. Namun tentu saja setiap persoalan ada baik dan buruknya jika tidak terpikirkan matang matang dan tidak melalui permusyawarahan penduduk setempat, baik itu dari tokoh ulama, tokoh teungku, tokoh masyarakat dan tokoh tokoh pemuda. Dimana masyarakat yang mendatangi tempat wisata tersebut yang tidak bisa dikontrol dengan berbagai karakter ditambah lagi pemegang BMKG dan panitia tersebut tidak memerhatikan dan tidak terlalu mengerti syariat akibat tidak bertanya berikut foto penulis lampirkan yang sangat mengejutkan warga, ini adalah sebuah foto yang membuat banyak pertanyaan bagi kami.
Pada Perintah diatas seolah-olah menunjukkan tempat ini boleh memakai celana ketat, padahal ini adalah kawasan Lhokseumawe dan jelas-jelas syariat Islam melarang memakai celana ketat. Selain itu di masyarakat sendiri selalu mengingatkan untuk tidak memakai celana ketat, penulis kritikan dan telah menerima pro kontra masyarakat, dimana disitu adalah tempat mencari nafkah yang harapan petani mendapat riza Allah SWT tetapi akhir-akhir ini banyak masyarakat yang melewati kawasan Blang Mangat memakai pakaian ketat, berpose ria didalam tempat pencarian nafkah dimana pakaian yang dipamerkan kesosial media , dimana akhir-akhir ini pakaian dan akhlak perempuan Aceh di media semakin menurun ini menambahkan kesan kurang mengerti dari masyarakat sendiri. Saya harap selaku anak muda kampung yang masih mempunyai rasa kepedulian untuk syariat semoga dapat menegur panitia dan melarang pemakaian celana ketat ke daerah tersebut. Selain itu ini jika tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat maka akan ada efek perusakan karakter syariat Islam tentunya. Dimana di Lhokseumawe sendiri walikota lhokseumawe jelas melarang hal-hal demikian. Kenapa tempat tersebut duberikan kelonggaran memakai celana ketat? dan setiap sore selalu penulis melihat muda mudi berboncengan bukan muhrim memakai pakaian bukan syariat islam melewati tempat kami.
0 komentar: